Samsung Galaxy S25 Edge, Ponsel Tipis yang Bikin Nagih

Ketika pertama kali mengeluarkan Galaxy S25 Edge dari kotaknya, perasaan heran langsung muncul. Bukannya terpukau dengan fitur, justru berat dan ketebalan ponsel ini yang bikin otak kita seperti “ditipu.” Ukurannya yang besar seharusnya memberi kesan berat dan kokoh, namun faktanya… sangat ringan!

Langkah pertama? Saya langsung memasukkan SIM utama saya ke dalam slot, memindahkan semua data dari Galaxy S25 Ultra, dan mulai hidup seperti pengguna ponsel pada umumnya. Ini bukan ulasan penuh, tapi lebih ke kesan pertama setelah lima hari penggunaan intensif. Tujuan awal saya cukup sederhana:

  • Kenapa ponsel ini ada?
  • Apakah baterai 3900 mAh cukup untuk layar 6,7 inci?
  • Seperti apa rasanya hidup bersama ponsel ini sehari-hari?

Setelah beberapa jam digunakan, saya tidak bisa meletakkannya. Ponsel ini entah bagaimana membuat saya betah berlama-lama menggunakannya. Ringan, tipis, dan nyaman digunakan dengan satu tangan.

Misteri Baterai 3900 mAh

Mari kita mulai dengan aspek yang paling sering menimbulkan keraguan—kapasitas baterai. Galaxy S25 Edge hanya dibekali baterai 3900 mAh, angka yang bahkan lebih kecil dibandingkan model S25 standar. Wajar jika ekspektasi terhadap ponsel ini terbilang rendah. Dengan penggunaan yang cukup aktif, sudah terbayang harus sering mencari colokan listrik. Namun, realita berkata lain. Pada tiga hari pertama pemakaian, tercatat screen-on time lebih dari 4 jam dengan sisa baterai yang masih aman. Sebuah kejutan yang menyenangkan.

Namun, tentu saja ada konteks penting di balik hasil tersebut. Selama periode awal itu, mayoritas aktivitas dilakukan di dalam ruangan dengan koneksi Wi-Fi. Ini menjadi faktor penting karena jaringan Wi-Fi secara signifikan lebih hemat daya dibanding jaringan seluler. Jadi, hasil tersebut belum sepenuhnya mencerminkan performa baterai dalam kondisi yang lebih menantang.

Untuk menguji ketahanan sejatinya, sangatlah perlu untuk membawa Galaxy S25 Edge keluar rumah dan memaksimalkannya dalam kondisi dunia nyata. Mengaktifkan mode DeX dan bekerja dari sebuah kafe, menjalankan berbagai aplikasi produktivitas sembari mengetik untuk blog. Mode DeX memang memaksimalkan potensi multitasking ponsel, namun terkenal lebih boros daya. Dalam kondisi seperti ini, tentu saja tidak berharap banyak dari baterai mungilnya.

BACA:  Huawei Band 10 Smartband Ringan dan Penuh Fitur Canggih

Anehnya, meski dibebani tugas berat dan koneksi seluler, ponsel ini tetap bertahan hingga sore hari. Memang tidak ada baterai tersisa sebanyak saat digunakan di Wi-Fi, tetapi daya tahan yang ditunjukkan tetap berada dalam batas wajar. Ini menegaskan bahwa optimalisasi perangkat lunak dan efisiensi chipset memegang peranan besar dalam menghadirkan pengalaman pengguna yang memuaskan—terlepas dari kapasitas baterai yang tampak kecil di atas kertas.

Ringan, Tipis, dan Nyaman

Satu hal yang langsung mencuri perhatian saat pertama kali menggenggam Galaxy S25 Edge adalah betapa ringan dan tipisnya ponsel ini. Dibandingkan dengan ponsel flagship lain seperti Xiaomi 15 Ultra yang terasa besar dan berat, S25 Edge menawarkan pengalaman yang jauh lebih nyaman, terutama digunakan menggunakan satu tangan. Rasio dimensi yang pas membuatnya mudah digenggam, bahkan tanpa bantuan pop socket atau casing tambahan.

Karena terasa begitu nyaman di tangan, tak terasa akan lebih sering mengakses ponsel ini, baik untuk mengecek notifikasi, menjelajahi media sosial, hingga mengetik pesan singkat. Aktivitas-aktivitas ringan terasa lebih menyenangkan. Sayangnya, di balik kenyamanan tersebut, ada kompromi yang harus diterima—baterai menjadi salah satu yang terdampak paling nyata.

Memasuki hari keempat penggunaan, mulai terasa perubahan signifikan dalam daya tahan baterai. Saat digunakan untuk panggilan telepon, baterai terkuras jauh lebih cepat dibandingkan saat menjalankan aplikasi lain. Ini menjadi titik lemah utama Galaxy S25 Edge. Meskipun efisien untuk aktivitas yang berbasis layar, ponsel ini belum optimal jika dipakai untuk komunikasi suara dalam durasi yang lama.

Meski begitu, performa keseluruhannya tetap memikat. Bahkan ketika hanya berada di rumah, tanpa mobilitas tinggi, ponsel ini terasa menyenangkan untuk digunakan sepanjang hari. Dengan desain yang begitu ergonomis dan antarmuka yang mulus, Galaxy S25 Edge tampaknya lebih cocok bagi pengguna yang aktif di media sosial, sering scrolling dan chatting, tapi jarang melakukan panggilan panjang. Kombinasi kenyamanan dan gaya membuatnya tetap relevan, meski dengan kompromi pada sisi baterai.

Desain dan Kesan Mewah

Mengapa Samsung merilis ponsel seperti Galaxy S25 Edge? Jawabannya cukup sederhana, hanya untuk menarik perhatian. Ini adalah perangkat yang dirancang bukan hanya untuk digunakan, tetapi untuk dipamerkan. Dengan desain yang begitu berbeda dari kebanyakan ponsel di pasaran, S25 Edge berhasil menjadi pusat perhatian. Bahkan dalam keramaian, ponsel ini mampu membuat orang menoleh dan bertanya, “Itu ponsel apa sih?”

BACA:  Upgrade Redmi Note 12 ke Xiaomi HyperOS 2.0.1.0

Saya sempat memperlihatkan ponsel ini ke beberapa teman dan rekan. Reaksi mereka hampir selalu sama—tercengang dengan tampilannya yang begitu tipis, ringan, dan mewah. Desainnya terasa premium dan sangat elegan, seperti produk fashion yang kebetulan juga bisa digunakan untuk telepon dan browsing. Namun, harus diakui, desain seperti ini bukan untuk semua orang. Galaxy S25 Edge jelas menyasar segmen pengguna yang mengutamakan estetika dan gaya, dan tidak keberatan dengan kompromi tertentu, seperti baterai yang lebih kecil.

Namun keputusan Samsung menghadirkan model ini tidak lantas menggantikan varian lain dalam lini Galaxy S25. Justru sebaliknya, mereka memperluas pilihan bagi konsumen. Ini langkah yang patut diapresiasi, karena tidak semua produsen mau mengambil risiko seperti ini. Samsung paham bahwa tidak semua orang menginginkan perangkat besar dan berat, dan S25 Edge menjawab kebutuhan akan ponsel yang modis sekaligus fungsional.

Hal ini menjadi semakin kontras jika dibandingkan dengan strategi Apple, yang menurut rumor akan menghapus lini Plus mereka. Sementara Apple tampaknya sedang mengonsolidasikan jajaran produknya, Samsung justru berani bereksperimen. Galaxy S25 Edge mungkin bukan ponsel untuk semua orang, tapi untuk mereka yang cocok, ponsel ini bisa menjadi statement pribadi—sebuah simbol gaya hidup elegan di dunia teknologi.

Kompromi di Balik Desain Super Tipis

Saat membahas desain super tipis dari Galaxy S25 Edge, kita tidak bisa menutup mata dari berbagai kompromi yang menyertainya. Ketipisan dan keringanan perangkat ini memang mengesankan, tetapi ada beberapa hal yang harus dikorbankan untuk mencapainya. Samsung tampaknya membuat keputusan desain yang sangat sadar—mereka tahu apa yang dilepas dan apa yang harus dipertahankan untuk menjaga identitas flagship.

Salah satu pengorbanan paling terasa adalah kualitas speaker. Meskipun sudah stereo, suara yang dihasilkan terdengar lebih “tipis” dibandingkan seri Ultra, terutama pada frekuensi rendah. Bass terasa kurang dalam dan punch-nya tidak sekuat ponsel flagship lain. Selain itu, baterai juga menjadi titik kompromi besar. Dengan tidak menggunakan teknologi silikon karbon, kapasitasnya hanya 3900 mAh—angka yang kecil untuk standar saat ini, apalagi untuk ponsel kelas atas.

BACA:  Review Huawei Watch Fit 4 Series

Tambahan lain yang terasa absen adalah fitur-fitur “wow” di luar desain. Tidak ada kamera ekstra seperti periskop, tidak ada sensor biometrik canggih tambahan, dan tentu saja tidak ada baterai jumbo. Galaxy S25 Edge lebih memilih tampil sederhana namun elegan, dan ini bisa jadi terasa mengecewakan bagi mereka yang mengejar fitur maksimal dalam satu perangkat.

Namun begitu, tidak semua sektor dikorbankan. Justru sebaliknya, Samsung tetap memberikan perhatian penuh pada kualitas kamera dan haptics. Kamera utama 200 MP dengan sensor besar tetap hadir, menghasilkan foto tajam dengan dinamika warna yang solid. Getaran saat mengetik juga terasa presisi dan premium, khas perangkat flagship. Ini membuktikan bahwa meskipun desain menjadi fokus utama, Samsung tidak serta-merta menurunkan standar pada aspek-aspek yang benar-benar penting bagi pengalaman penggunanya.

Kesimpulan

Satu hal yang penting adalah ponsel ini bukan untuk semua orang, tapi pasti ada pasarnya. Bagi mereka yang ingin tampil beda, ingin ponsel elegan dan tipis, Galaxy S25 Edge adalah pilihan menarik. Bagi pengguna biasa yang butuh baterai tahan seharian, mungkin ini bukan ponsel ideal. Tapi, untuk penggemar teknologi yang ingin sesuatu yang baru dan beda, ini adalah mainan baru yang layak dicoba.

Samsung berhasil membuat ponsel yang bisa bikin kepala orang menoleh. Desainnya adalah nilai jual utama. Dan untuk pengguna seperti saya, yang terbiasa dengan ponsel besar dan berat, ini adalah angin segar.

Tunggu apa lagi?
Kalau kamu termasuk orang yang suka tampil beda, Galaxy S25 Edge ini layak untuk dipertimbangkan. Tapi kalau kamu butuh baterai tahan dua hari, lebih baik tunggu model lain.

Dan yang pasti, jangan menilai ponsel ini hanya dari melihat di etalase toko. Pegang dan gunakan, baru kamu akan mengerti daya tarik sesungguhnya.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*